engkau pun berlari setelah menghabiskan sisa malam
malam yang begitu getir kau tenggak habis
hingga tak ada ruang bagiku untuk menghela
saat kejenuhan mulai menyatukan hasrat dan impian
tunggulah, kawan
larimu terlalu kencang
kau biarkan aku terbaring nista bersama sampah
kakiku tak bisa kutarik cepatcepat
semakin kupaksa bumi ini menyedot semakin dalam
minumlah secangkir kopi di kedai hatimu
biarkan aroma itu menenangkan garangmu
resapilah sampai engkau nisbi
dengan begitu gambargambar kelelahan
segera akan memudar dari dahimu
ayolah, kawan
singgahlah sejenak di pelataran ini
tanah lapang yang biasa kita gunakan untuk bermain nasib
mengundinya dan salah satu dari kita akan kalah
mengutukinya, mencacinya, lalu membuang jauhjauh
setiap syakwasangka masingmasing kita
oh ya, aku sudah menyiapkan remahremah takdir
untuk menemani engkau minum kopi
Jogja, 2 Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar