Cari Blog Ini

29 April 2008

in memoriam

IN MEMORIAN
MBAH SYARI'AH (1918- 8 Mei 2003)
Kau wanita tua (aku tak tahu persis tanggal kelahiranmu),
Yangtak pernah menyimpan nyawa ayah atau ibuku dalam rahim sucimu.
Namun kau adalah darah bagiku dan semua.
Walau darah itu seringkali berbuah ketidak mengertian.
Dalam kerutan dan membirunya ronamu, kau menyimpan bahwa suatu saat nanti, darah dan hangat yang kau alirkan akan menetaskan benih-benih bunga dan sisa keras kehidupanmu. Kesendirian yang kau jalani mengingatkanku akan pertapa, yang merelakan seluruh sisa tetes nadirnya untuk sebuah kesempurnaan.
Saat lara menyapa dan mengajakmu pesiar ke negeri biru, tanganmu menggapai-gapai seperti ingin merengkuhku dan semua sebagai sayonara. Kau hanya diam, namun kata yang kau lontarkan dalam gerakmu melebihi muatan makna dari sajian pujangga. Juga melebihi tarian mistik Jalaluddin Rumi. Yang teramat menyakitkan adalah aku dan semua tak bisa memaknai apapun yang kau maksud.
Tapi bisumu adalah gerak dalam tarian
Adalah makna kehadiran
Adalah senandung dan juga omelan
Terkadang aku anggap sepi omelan itu, tapi lama kusadari
Kalau omelan itu adalah ocehan yang menjadi haru biruku.
Aku tak di sampingmu saat kau berusaha berjuang mempertahankan nyawa yang satu.
Tapi rupanya itupun bukan milikmu lago.
Pinjaman itu telah kembali pada yang punya. Engaku tak punya apa-apa lagi selain dirimu.
Dan tak punya siapa-siapa lagi selain Tuhan
Kesedihan yang berlanjut hanya akan menjadi penyesalan tiada akhir.
Kekecewaan yang tak berujung hanya akan menimbulkan rasa pilu abadi.
Dan kerinduan yang meledak-ledak melahirkan do'a-do'a untuk perjalanan panjangmu.
Butir-butir air mata bukan ratapan atas ketiadaanmu, tetapi menajdi tasbih bergelantungan yang setiap saat berubah menjadi embun sejuk atas dahagamu.
Bayang-bayang ragam yang kadang lindap, timbul tenggelam
Menyajikan hidangan drama sunyi kehidupan sekaligus lecutan untuk menjadi manusia dalam fana dunia.
Bernyanyilah air mata, karena kau menjadikannya ratu atas diri dan jiwanya.
Berkumandanglah doa-doa, yang menjelmakan dia menjadi tuan atas kehormatan.
Bergeraklah para hati, yang karenanya diri hadir untuk hidup dan ketabahan.


Ketapang, 8 Mei 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar