Cari Blog Ini

29 April 2008

solitude

Malam memang terlalu panjang untuk dilewati dengan hati yang galau. Tapi lumayan dingin untuk hati semakin panas. Pertanyaannya bukan kenapa semua itu menjadi lava yang sip untuk dimuntahkan, tetapi kenapa lava itu begitu panas untuk diciptakan. Jika memang semua yang terjadi adalah sebuah kehendak yang tidak terbantahkan, kenapa juga Tuhan menciptakan penyesalan. Bukankah penyesalan adalah salah satu bentuk pengingkaran dari kodrati Tuhan sendiri? Seperti ketika iblis sangat menyesal tidak diciptakan Tuhan dengan bentuk dan akal yang sempurna seperti Adam.
Ketika penyesalan begitu dalam, maka yang terjadi adalah sebuah protes yang dilanjutkan dengan perlawanan-perlawanan. Baik itu perlawanan dengan "diam-diam" atau frontal dan mematikan. Apa yang dilakukan iblis adalah salah satu gambaran sebuah perlawanan frontal kepada penciptanya sendiri.
Tapi bodohnya iblis adalah kenapa ia harus melawan dengan sangat tertutup? Padahal masih banyak cara yang bisa ia lakukan untuk menggulingkan Adam dari singgasananya sebagai makhluk yang paling mulia. Kenapa juga iblis dengan berbangga hati mau masuk neraka selamanya selama ia masih bisa menggoda dan mengajak anak cucu Adam berbuat dosa? Bukankah dendam ini sebuah bentuk perlawanan yang tertahan? Kenapa tidak sekalian aja ia hancurkan umat manusia ini, kalau memang itu bisa mengobati sakit hati dan iri hatinya. Ataukah ini adalah hasil IQ iblis yang sangat tinggi itu? Hanya iblis sendiri yang tahu kenapa ia berbuat demikian.
Tapi bagaimana pun juga, iblis adalah makhluk yang sangat cerdas dan sangat meng-Esa-kan Tuhan. Buktinya, ia sama sekali tidak mau mengambil Tuhan yang lain selain Allah, meski ia sudah merasa begitu sakit hati. Ia masih sangat patuh dan tunduk, tetapi dengan berbagai jalan. Kalau dilihat sepintas memang dia adalah makhluk yang durhaka. Tetapi ia durhaka dengan hati yang sadar dan penuh tanggung jawab. Segala resiko yang dibebankan kepadanya akan ditanggung di kemudian hari. Inikah sisi baik iblis yang patut dicontoh? Surga yang telah dia diami selama ribuan tahun sebelum Adam diciptakan rela ia tinggalkan, demi sebuah misi yang sangat eksistensialis.
Bagaimana dengan Adam? Ternyata akal sempurna yang diberikan Tuhan tidak bisa ia gunakan dengan semestinya. Nalar insani yang harusnya menjunjung nilai kehormatannya malah menjatuhkan dirinya dalam sebuah kubangan najis yang harus dinikmati anak cucunya. Karena ia tidak bisa menggunakan akal sehatnya itu pula, di dunia harus ada pertentangan baik dan buruk, jahat dan baik, kalah dan menang. Lebih bodoh lagi, ia tunduk begitu saja ketika ia diusir Tuhan dari surga dan rela ke dunia—sebuah alam yang sama sekali tidak dikenalnya.
…Akhirnya aku pun ikut menikmati kebodohan ini…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar